jadi, beberapa waktu yang lampau saya suka jalan-jalan untuk lihat burung, baik di hutan, di pekarangan, di pasar, di tukang dagang di rumah orang yah pokonya dimana-mana. tapi yang aneh, di pulau jawa burung lebih banyak ditemukan di pasar daripada di hutan, bahkan seorang penduduk desa sebut saja namanya pa agus, pernah bilang sama saya, 'neng, kalo di hutan mah burung udah jarang, ngapain diliatin susah-susah, mending ke pasar aja, udah jenisnya banyak, didalem kandang lagi, gak usah susah-susah masuk keluar hutan'. lalu saya berfikir, bener juga ya kata si bapa?! kok gak kepikiran?!.
pernah gak sih lihat kehidupan burung di australia? dimana mereka bebas lepas tidak ada yang mengganggu, bahkan saya pernah lihat ada orang yang memberi makan burung kakaktua di rumahnya, padahal kalau saya lihat rumahnya sudah masuk ke perkotaan. ko bisa? tapi kenapa hal itu tidak terjadi di pulau jawa?
jadi kira-kira kenapa hal seperti itu susah untuk diterapkan?
mungkin karena..
1. Orang-orang memandang rendah keberadaan burung
Umumnya masyarakat di sekitar saya kurang begitu memperhatikan keberadaan burung dalam rangka konservasi, biasanya orang-orang lebih memperhatikan konservasi untuk hewan yang ukurannya besar, dan kelihatan lebih terancam, misalnya badak cula satu. pernah saya membicarakan hal ini dengan beberapa masyarakat, "bapa tau ga kalau burung itu dilindungi?" "oh iya? tapi kan itu cuman burung neng, beranaknya cepat", begitu juga dengan beberapa orang lain yang saya kenal, "yaela, cuman burung, kan banyak ada dimana-mana". begitulah.
2. Budaya, martabat dan hobi
Sudah diketahui sejak lama, burung merupakan salah satu unsur budaya yang melekat dengan sejarah manusia. di pulau jawa sendiri, apabila seseorang memiliki burung, umumnya dia dianggap keren dan mempunyai martabat tinggi, misalnya mempunyai burung perkutut (pada jaman dulu). di pulau jawa juga, memelihara burung sudah menjadi hobi bagi sebagian besar masyarakat. banyak orang yang ingin memelihara burung untuk mendengar suaranya yang indah, tapi jauh dari hutan. maka, mereka lebih memilih untuk memelihara burung sehingga setiap hari dapat mendengar kicauannya. ada juga yang memilih untuk diikutsertakan dalam kompetisi kicauan burung, yang saya pernah dengar hadiahnya sungguh fantastis. ataupun ada saja orang yang senang menembak burung, yah sekedar hobi saja.
3. Sumber penghasilan
Ini merupakan kendala terbesar, kebanyakan para pemburu burung yang pernah saya temui menangkap burung untuk sumber penghasilan. karena harga burung dipasaran lumayan mahal. apalagi dengan hanya modal handphone dan perangkap, mereka mendapatkan satu burung dengan modal nol dan keuntungan besar. siapa yang tidak tergiur dengan hal itu? mungkin faktor yang mendukung hal ini adalah...
4. Kesejahteraan masyarakat
ya, kesejahteraan masyarakat di pulau jawa masih belum tersebar dengan rata di beberapa daerah terpencil, khususnya untuk masyarakat di pinggiran hutan. mungkin apabila rakyat indonesia lebih sejahtera, penangkapan dan perdagangan burung sudah tidak dilakukan lagi.
5. Kurangnya kepedulian
mungkin tidak jauh-jauh dari alasan no 1, banyak orang tidak peduli dengan kondisi sekitarnya, tidak juga peduli dengan keberadaan burung yang terdapat di lingkungannya. salah satu bentuk ketidak-pedulian itu menjadi alasan terbesar untuk konservasi ini. misalnya orang tidak peduli dengan lingkungan, membabat habis hutan dan membuat habitat burung menjadi rusak ataupun mereka bahkan tidak peduli apabila burung itu ada atau tidak.
6. bingung dan takut
meski kebanyakan orang tidak peduli, tapi tentu ada segelintir orang yang peduli juga dengan keberadaan burung ini. banyak juga yang memperjuangkan hak burung ini untuk hidup di alam bebas tanpa harus mati sia-sia ataupun berakhir di dalam sangkar. sayangnya mereka bingung langkah apa yang harus mereka lakukan. apakah saya harus melapor polisi? atau saya harus melapor ke lsm? tapi apa itu 'worthed'?. jadi sebenarnya apa yang harus saya lakukan?
begitulah tulisan ini saya buat tanpa solusi, karena sayapun masih bingung dengan sistem yang ada sekarang ini. tapi, ada beberapa pedagang yang memang membudidayakan burung terlebih dahulu sebelum dijual, dan itu lebih baik daripada langsung mengambilnya dari alam.
intinya, bukankah lebih baik melihat burung itu lepas di udara, daripada harus merenggut hak kehidupannya hanya untuk kesenangan semata. semua tulisan ini hanya pendapat dan pandangan pribadi.