Sebuah perubahan kecil yang akan terus dijalani

Senin, 14 Mei 2018

Penegakan hukum kepemilikan dan perdagangan hewan dilindungi di Indonesia

Pasal 21 ayat (2) UU 5/1990 yang berbunyi:

"Setiap orang dilarang untuk

a. menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup;

b. menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati;

c. mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia;

d. memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian satwa tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia;

e. mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur dan/atau sarang satwa yang dilindungi."

Sanksi pidana bagi orang yang sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) adalah pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) (Pasal 40 ayat [2] UU 5/1990)


Masih maukah anda memelihara ataupun memperdagangkan hewan liar? ancamannya 5 tahun dipenjara loh. malas amat.


Sumber : 

- Kucing Hutan Termasuk Hewan Dilindungi, Pembunuh Terancam Pidana. https://news.detik.com/berita/d-3946929/kucing-hutan-termasuk-hewan-dilindungi-pembunuh-terancam-pidana

Sabtu, 22 November 2014

Kenapa konservasi burung kadang terasa tidak berguna di pulau jawa?

jadi, beberapa waktu yang lampau saya suka jalan-jalan untuk lihat burung, baik di hutan, di pekarangan, di pasar, di tukang dagang di rumah orang yah pokonya dimana-mana. tapi yang aneh, di pulau jawa burung lebih banyak ditemukan di pasar daripada di hutan, bahkan seorang penduduk desa sebut saja namanya pa agus, pernah bilang sama saya, 'neng, kalo di hutan mah burung udah jarang, ngapain diliatin susah-susah, mending ke pasar aja, udah jenisnya banyak, didalem kandang lagi, gak usah susah-susah masuk keluar hutan'. lalu saya berfikir, bener juga ya kata si bapa?! kok gak kepikiran?!.

pernah gak sih lihat kehidupan burung di australia? dimana mereka bebas lepas tidak ada yang mengganggu, bahkan saya pernah lihat ada orang yang memberi makan burung kakaktua di rumahnya, padahal kalau saya lihat rumahnya sudah masuk ke perkotaan. ko bisa? tapi kenapa hal itu tidak terjadi di pulau jawa?
jadi kira-kira kenapa hal seperti itu susah untuk diterapkan?
mungkin karena..

1. Orang-orang memandang rendah keberadaan burung
    Umumnya masyarakat di sekitar saya kurang begitu memperhatikan keberadaan burung dalam rangka konservasi, biasanya orang-orang lebih memperhatikan konservasi untuk hewan yang ukurannya besar, dan kelihatan lebih terancam, misalnya badak cula satu. pernah saya membicarakan hal ini dengan beberapa masyarakat, "bapa tau ga kalau burung itu dilindungi?" "oh iya? tapi kan itu cuman burung neng, beranaknya cepat", begitu juga dengan beberapa orang lain yang saya kenal, "yaela, cuman burung, kan banyak ada dimana-mana". begitulah.

2. Budaya, martabat dan hobi
   Sudah diketahui sejak lama, burung merupakan salah satu unsur budaya yang melekat dengan sejarah manusia. di pulau jawa sendiri, apabila seseorang memiliki burung, umumnya dia dianggap keren dan mempunyai martabat tinggi, misalnya mempunyai burung perkutut (pada jaman dulu). di pulau jawa juga, memelihara burung sudah menjadi hobi bagi sebagian besar masyarakat. banyak orang yang ingin memelihara burung untuk mendengar suaranya yang indah, tapi jauh dari hutan. maka, mereka lebih memilih untuk memelihara burung sehingga setiap hari dapat mendengar kicauannya. ada juga yang memilih untuk diikutsertakan dalam kompetisi kicauan burung, yang saya pernah dengar hadiahnya sungguh fantastis. ataupun ada saja orang yang senang menembak burung, yah sekedar hobi saja.

3. Sumber penghasilan
   Ini merupakan kendala terbesar, kebanyakan para pemburu burung yang pernah saya temui menangkap burung untuk sumber penghasilan. karena harga burung dipasaran lumayan mahal. apalagi dengan hanya modal handphone dan perangkap, mereka mendapatkan satu burung dengan modal nol dan keuntungan besar. siapa yang tidak tergiur dengan hal itu? mungkin faktor yang mendukung hal ini adalah...

4. Kesejahteraan masyarakat
   ya, kesejahteraan masyarakat di pulau jawa masih belum tersebar dengan rata di beberapa daerah terpencil, khususnya untuk masyarakat di pinggiran hutan. mungkin apabila rakyat indonesia lebih sejahtera, penangkapan dan perdagangan burung sudah tidak dilakukan lagi.

5. Kurangnya kepedulian
   mungkin tidak jauh-jauh dari alasan no 1, banyak orang tidak peduli dengan kondisi sekitarnya, tidak juga peduli dengan keberadaan burung yang terdapat di lingkungannya. salah satu bentuk ketidak-pedulian itu menjadi alasan terbesar untuk konservasi ini. misalnya orang tidak peduli dengan lingkungan, membabat habis hutan dan membuat habitat burung menjadi rusak ataupun mereka bahkan tidak peduli apabila burung itu ada atau tidak. 

6. bingung dan takut
  meski kebanyakan orang tidak peduli, tapi tentu ada segelintir orang yang peduli juga dengan keberadaan burung ini. banyak juga yang memperjuangkan hak burung ini untuk hidup di alam bebas tanpa harus mati sia-sia ataupun berakhir di dalam sangkar. sayangnya mereka bingung langkah apa yang harus mereka lakukan. apakah saya harus melapor polisi? atau saya harus melapor ke lsm? tapi apa itu 'worthed'?. jadi sebenarnya apa yang harus saya lakukan? 

begitulah tulisan ini saya buat tanpa solusi, karena sayapun masih bingung dengan sistem yang ada sekarang ini. tapi, ada beberapa pedagang yang memang membudidayakan burung terlebih dahulu sebelum dijual, dan itu lebih baik daripada langsung mengambilnya dari alam.
intinya, bukankah lebih baik melihat burung itu lepas di udara, daripada harus merenggut hak kehidupannya hanya untuk kesenangan semata. semua tulisan ini hanya pendapat dan pandangan pribadi. 

Sabtu, 08 Maret 2014

Kangen-kangen telepati

Saya dulu punya teman, baik banget, lucu banget, bisa membuat saya selalu tergelak geli dan berbahagia hidup diatas bumi yang katanya mau mati ini. saya dulu sering bareng sama dia, curhat sama dia, main bareng sama dia, eh tapi kalo mandi belom pernah bareng sih haha. tapi sekarang dia tak ada. hilang. gitu. entah kemana perginya, saya ga tau. saya cari-cari tapi ga bisa, keberadaan dia tak terlacak, kaya hilang ditelan got yang berubah bentuk jadi black hole. saya menjerit-jerit histeris berusaha mencari dan berharap bahwa dia masih menyimpan beberapa kenangannya saat masih bersama saya yang akan membuatnya bisa kembali lagi menemui saya dalam kekangenan yang tak bisa terhitung jumlahnya soalnya udah membludak, udah gitu kita main bareng lagi deh, pegangan tangan sambil menari-nari diatas padang rumput bersama para teletubies. eh, tapi kayanya semua yang telah terjadi sepertinya sudah menjadi bahan makanan ikan lele punya bapa yang saya lupa namanya di kolam kecil belakang rumahnya, dimana setiap kali saya mau pup selalu datang kesitu untuk memberi makan ikan-ikannya, tapi yang paling sehat malah keong masnya, yang selalu bergumul bersama dalam sepi, ditemani katak yang menari dan bernyanyi yang entah tak tahu apa artinya, terus kenapa saya malah berpuisi?. iya, jadi temen saya ini ilang, gatau kemana, tapi entah kenapa malem ini saya kangen banget sama dia, engga sih sebenernya dia gak ngilang, ada mungkin di kamarnya sedang mengerjakan tugas kuliah atau sedang bercengkrama dengan teman-temannya atau malah sedang asik tidur, saya gak tau. tapi yang pasti saya tetiba kangen banget sama dia. kepengen ketemu dan mendengar kembali senda guraunya, gak tau kenapa tiba-tiba aja pas tadi bangun tidur keinget sama dia, rasanya kaya kamu ngubur kucing kesayangan yang udah mati di belakang rumah setahun yang lalu, terus tiba-tiba dia idup lagi sambil ngeong-ngeong minta makan, yah gitu lah rasanya. terus kenapa ga ditelpon aja, mba? ah engga ah ntar dia geer lagi trus minta dikawinin hahaha.
saya kalo misalnya kaya gini suka prasangka kalo orang yang saya inget ini kangen sama saya, tapi gatau deh, kayanya kalo temen saya ini engga sih, eh, tapi ga tau juga siapa tau dia juga kangen sama kecantikan saya yang kaya megan fox ini *eh. 
ya gitu deh, kangen ini rasanya agak gila sampe bikin saya laper abis liatin foto kangguru kawin, tapi kalo temen saya ini baca, saya mau tanya, ai kamu pas hari sabtu tanggal 8 maret 2014 kangen sama saya ga? kalo iya, siapa tau ini telepati yang terkirim, terus mempengaruhi saya, atau sebenarnya kamu ingin guna-guna saya jadi kucing? kalo iya, berarti hail to god, yang telah memberi otak yang bisa berkomunikasi, terus ntar di masa depan kita ga perlu lagi beli pulsa hape ataupun internet, karena kita punya telepati woooooooooooooooooooooooooooow. *tepuk tangan, terus ntar saya bikin penelitian yang mengembangkan telepati, terus ntar kita semua ga perlu lagi megang hape, karena serius lah hape itu bikin orang jadi gila, kaya saya. tapi saya gak geer loh, asli saya gak geer kalo kamu kangen bruakakakaka *situ kali yang geer.

--dalam keabsurdan rasa kangen di malam hari habis bangun tidur di dalam kamar karena tertidur kesal habis nganterin ibu-ibu ke mall yang bilang kalo baju garis-garis itu bikin saya yang udah gendut ini keliatan gendut, oh man, WTF.

Ada apa dengan saya?

Ada apa dengan saya? rasanya diri ini telah berubah menjadi sebuah bentuk yang sulit untuk dikenali, mungkin seperti alien yang terbang melayang-layang di langit menggunakan pesawat yang entah kenapa bentuknya bundar. kenapa coba bentuknya harus bundar? bukan kotak ataupun segitiga. terus kenapa juga harus saya pikirin? lah terus ngapain saya nulis disini? saya pikir kalau saya nulis disini bakal menyenangkan, ternyata rasanya kaya kalo kamu beli barang terus barangnya rusak, terus kamu sebel, kamu lempar tapi kamu sayang soalnya harganya mahal, kamu ambil lagi deh eh terus malah jadi makin sayang. lah, ko?
memang semua hal didunia ini absurd, tapi bukankah keabsurdan itu menyenangkan? siapa yang bilang gitu? saya tadi, kenapa emang? mau protes?

Saya agak gila kayaknya, kenapa nyari tinjauan pustaka itu susah?
lalu kenapa saya harus ngerjain skripsi? bukankah lebih baik saya pergi ke gunung lari ke pantai?
ini semua tak beresensi, ya sudahlah, hidup saya memang tak beresensi.
TOK TOK TOK TOK.

Rabu, 14 Agustus 2013

biarlah

tuhan tak menahu, tuhan tak bertanya, tuhan tak perlulah bangsa manusia
sudahlah jangan kau pertanyakan lagi yang bahkan kau tak tahu tuhan dimana
biarlah aku ini bertanya-tanya, yang bahkan kau sendiripun tak sanggup menjawabnya
dengan hati nuranimu, bukan dari buku atau dari pernyataan seorang berilmu
ah wujud itu tak ada, aku pun tak tahu, kau pun tak tahu tapi kenapa kau salahkan aku?
biarlah saja Ia menjadi sesuatu yang membangkitkan ego mereka dan ego mu
telan lah semua yang mereka katakan kepadamu, rasukilah dengan seluruh jiwamu
bawalah Ia selalu dalam dirimu, ucapkanlah sembahmu yang setinggi-tingginya
simpanlah Ia dalam hatimu, tapi jangan kau bawa-bawa aku kedalamnya
mungkin anggapan dan pengertian kita tentang tuhan itu berbeda
mungkin kau percaya apa yang selama ini telah kau telan bulat-bulat itu
dan mungkin aku percaya apa yang selama ini kau anggap sesat itu
tapi tak perlu lah kau menghujat dengan caci maki dan benci
aku tetap aku dan kamu tetap kamu, biarlah menjadi seperti biasanya
biarlah kita hidup dalam duniawi kita saja, rasakan dengan perasaan saja
perasaan yang selama ini diberikan oleh pencipta kita berdua
bukan dengan logika mu yang begitu menyudutkan dan penuh amarah dusta
aku tak tahu apakah ajaran tuhanmu yang begitu kejam menghilangkan perasaan empati mu
aku tak tahu apakah ajaran tuhanmu yang menyuruhmu bermuka dua
aku tak tahu
dan tak mau tahu
aku tak peduli akan surga 
aku tak peduli akan neraka
aku percaya tuhanku tak sejahat itu
biarlah aku dengan diriku dan semua pertanyaanku
sudah jangan pedulikan aku tentang hal itu
hanya, berilah aku satu empatimu

remy
Bandung, 14 agustus 2013
7:52 pm 

Kamis, 04 Juli 2013

hilang?

baru saja kubaca sebuah tulisan tentang hidup seseorang, mungkin dia muak, mungkin dia enggan, mungkin dia juga bosan. entahlah, tapi aku rindu. rindu akan setiap pertemuan kita dulu. hanya rindu untuk bertemu. tapi aku tak bisa menerobos kekalutannya, ataupun mencoba masuk sisi gelapnya. rasanya jembatan antara kita hilang, sama seperti keberadaan semua orang, suatu saat kita tersenyum bersama, suatu saat mereka pergi, lalu datang lalu pergi lagi, rasanya menakutkan saat membayangkan semua orang hilang satu persatu, dan sepertinya akan seperti itu.

bandung, 4 Juli 2013
10:12

semoga ia kembali, tertawa kembali, dan melewati hari yang seperti dulu lagi.
aku ingin meminta maaf atas kekalutan yang mungkin muncul.
aku ingin meminta maaf karena ketidak pedulian.
maaf.

Endemik

Endemik, apakah itu endemik? mungkin beberapa orang pernah mendengar kata-kata itu di surat kabar, di berita, di internet, di buku pegangan sekolah, di spanduk, di poster, di bangku, di kasur, di blog ini, di judul pos ini, di kamus, dimanapun lah anda pernah mendengar kata-kata itu. endemik, aduh rasanya ko pernah dengar yah? semacam penyakit? betul sekali, endemik merupakan salah satu bentuk penyakit yang terjadi sepanjang tahun, tapi disini kita akan membicarakan tentang endemik suatu makhluk hidup atau organisme yang terjadi di bumi ini. 

Endemik adalah suatu jenis makhluk hidup yang hanya dapat ditemukan pada satu tempat atau wilayah saja, misalnya ditemukan di satu pulau, di satu negara atau hanya di satu planet saja misalnya, andaikan para manusia bumi sudah menemukan USS enterprise nya James Kirk dengan teknologi warpnya. endemik kerap di gunakan dalam tulisan bertemakan keanekaragaman hayati, misalnya hewan endemik atau tumbuhan endemik seperti burung jalak bali, burung cendrawasih (jenis tertentu), burung maleo, atau kalau tumbuhan mungkin ada edeilweiss jawa, bunga bangkai rafflesia, ataupun anggrek hitam di kalimantan yang katanya sih jadi bahan ide untuk pembuatan film anaconda, wooow woooow. biasanya makhluk hidup endemik ini mempunyai keunikan tersendiri yang membuatnya lain dari yang lain. bisa dibilang agak nyentrik gitu.

lalu, kenapa bisa terjadi makhluk hidup endemik ini?
gejala endemik ini dapat terjadi karena adanya faktor fisika dan biologi, seperti adaptasi dan juga faktor iklim. adaptasi suatu organisme dalam suatu tempat karena adanya faktor isolasi (suatu keadaan dimana organisme terkucilkan dari kondisi sebelumnya karena keterbatasan wilayah, contoh suatu pulau yang dikelilingi laut, atau adanya batasan habitat-nya misalnya hutan hujan dan savana) dapat menyebabkan perubahan secara jasmani ataupun rohani (:p), sehingga akan terjadi suatu bentuk baru atau bisa dibilang punya kemampuan yang lebih baik dari sebelumnya ataupun sebaliknya. misalnya, tahu charles darwin, iya yang bilang kalau  nenek moyang manusia dari monyet itu, membuat suatu teori dalam bukunya yang berjudul 'origin of species' bahwa suatu makhluk dapat berubah karena adanya suatu bentuk adaptasi dan juga seleksi alam sehingga terbentuk evolusi. beliau memberikan contoh makhluk yang terkena proses ini yaitu burung finch di galapagos, karena adanya perubahan kondisi lingkungan, burung finch yang tersebar di berbagai pulau ini mempunyai bentuk paruh yang berbeda-beda, ada yang tipis dan juga ada yang lebih tebal karena perbedaan jenis biji makanannya. dari kondisi ini dapat terbentuk jenis makhluk hidup baru, untuk lebih jelasnya silahkan baca buku 'origin of species' nya lebih lanjut.

apakah ada organisme endemik di Indonesia?
woooh, tentu saja ada, Indonesia kan merupakan negara kepulauan yang satu pulau ke pulau lainnya dipisahkan dengan lautan dalam, maka presentase terjadinya jenis organisme endemik sangat besar sekali. bahkan bisa jadi dari daftar tumbuhan dan hewan endemik di indonesia masih ada organisme lain yang belum diketemukan dan diketahui keberadaannya.
dari data IUCN di tahun 2011, diketahui bahwa terdapat 259 mamalia endemik, 382 burung endemik dan 172 amfibi endemik wow fantastis yah.

lalu, apakah apa yang spesial dari organisme endemik?
tentu saja organisme endemik ini sangat spesial, kenapa? karena kita hanya bisa menemukannya pada satu wilayah saja dan tidak bisa ditemukan di wilayah lain. misalnya, orangutan, kenapa bisa indonesia dicerca karena adanya ancaman punah untuk orangutan? karena ya orangutan hanya ada di indonesia, ga ada lagi negara yang punya orang utan. orang utan hanya bisa hidup di habitat hutan hujan, misalnya di sumatera dan kalimantan. loh emang beda yah? iya ternyata orang utan itu ada dua jenis yaitu orangutan sumatera (Pongo abelii) dan orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus). yah seperti itulah contohnya. lalu kenapa tidak ada orangutan di amerika yang juga mempunyai hutan hujan? karena beda lokasi, beda geografi, dan faktor isolasi tadi.

organisme endemik ini sangat rentan dengan kepunahan, karena sekarang pertumbuhan populasi manusia sangatlah pesat, bayangkan di tahun 2011 populasi umat manusia sudah mencapai jumlah 7 miliar, dengan asumsi bahwa setiap manusia butuh makan, butuh pakaian, dan tempat tinggal. juga barang-barang tersier lain, misal hape, tipi dan teknologi lainnya. seperti yang diketahui bahwa bahan bahan untuk semua kebutuhan manusia asalnya dari alam, maka akan lebih banyak lagi deforestasi untuk kebutuhan umat manusia dan itu artinya semakin berkurangnya luas habitat makluk lain selain manusia, ditambah adanya faktor lain seperti bencana alam dan bencana yang dibuat oleh manusia itu sendiri. mereka seakan tersingkirkan, kehilangan sumberdaya untuk hidup dan mati begitu saja. oh betapa kasihannya mereka.

sekarang ada baiknya kita semua sedikit peduli akan para organisme endemik ini, lihat betapa uniknya mereka hingga memberikan banyak uang untuk oknum yang bersangkutan, bisa melalui cara halal misalnya membuka taman nasional seperti taman nasional yang ada komodonya ataupun cara haram dengan menjualnya. tapi, rasanya sayang apabila kita membiarkan makhluk-makhluk ini hilang begitu saja, mungkin rasanya seperti kita dibiarkan mati dan hanya akan jadi kenangan dalam bentuk cerita ataupun gambar, ah rasanya sedih yah.

referensi :
- cuap -cuap pribadi