Sebuah perubahan kecil yang akan terus dijalani

Sabtu, 22 November 2014

Kenapa konservasi burung kadang terasa tidak berguna di pulau jawa?

jadi, beberapa waktu yang lampau saya suka jalan-jalan untuk lihat burung, baik di hutan, di pekarangan, di pasar, di tukang dagang di rumah orang yah pokonya dimana-mana. tapi yang aneh, di pulau jawa burung lebih banyak ditemukan di pasar daripada di hutan, bahkan seorang penduduk desa sebut saja namanya pa agus, pernah bilang sama saya, 'neng, kalo di hutan mah burung udah jarang, ngapain diliatin susah-susah, mending ke pasar aja, udah jenisnya banyak, didalem kandang lagi, gak usah susah-susah masuk keluar hutan'. lalu saya berfikir, bener juga ya kata si bapa?! kok gak kepikiran?!.

pernah gak sih lihat kehidupan burung di australia? dimana mereka bebas lepas tidak ada yang mengganggu, bahkan saya pernah lihat ada orang yang memberi makan burung kakaktua di rumahnya, padahal kalau saya lihat rumahnya sudah masuk ke perkotaan. ko bisa? tapi kenapa hal itu tidak terjadi di pulau jawa?
jadi kira-kira kenapa hal seperti itu susah untuk diterapkan?
mungkin karena..

1. Orang-orang memandang rendah keberadaan burung
    Umumnya masyarakat di sekitar saya kurang begitu memperhatikan keberadaan burung dalam rangka konservasi, biasanya orang-orang lebih memperhatikan konservasi untuk hewan yang ukurannya besar, dan kelihatan lebih terancam, misalnya badak cula satu. pernah saya membicarakan hal ini dengan beberapa masyarakat, "bapa tau ga kalau burung itu dilindungi?" "oh iya? tapi kan itu cuman burung neng, beranaknya cepat", begitu juga dengan beberapa orang lain yang saya kenal, "yaela, cuman burung, kan banyak ada dimana-mana". begitulah.

2. Budaya, martabat dan hobi
   Sudah diketahui sejak lama, burung merupakan salah satu unsur budaya yang melekat dengan sejarah manusia. di pulau jawa sendiri, apabila seseorang memiliki burung, umumnya dia dianggap keren dan mempunyai martabat tinggi, misalnya mempunyai burung perkutut (pada jaman dulu). di pulau jawa juga, memelihara burung sudah menjadi hobi bagi sebagian besar masyarakat. banyak orang yang ingin memelihara burung untuk mendengar suaranya yang indah, tapi jauh dari hutan. maka, mereka lebih memilih untuk memelihara burung sehingga setiap hari dapat mendengar kicauannya. ada juga yang memilih untuk diikutsertakan dalam kompetisi kicauan burung, yang saya pernah dengar hadiahnya sungguh fantastis. ataupun ada saja orang yang senang menembak burung, yah sekedar hobi saja.

3. Sumber penghasilan
   Ini merupakan kendala terbesar, kebanyakan para pemburu burung yang pernah saya temui menangkap burung untuk sumber penghasilan. karena harga burung dipasaran lumayan mahal. apalagi dengan hanya modal handphone dan perangkap, mereka mendapatkan satu burung dengan modal nol dan keuntungan besar. siapa yang tidak tergiur dengan hal itu? mungkin faktor yang mendukung hal ini adalah...

4. Kesejahteraan masyarakat
   ya, kesejahteraan masyarakat di pulau jawa masih belum tersebar dengan rata di beberapa daerah terpencil, khususnya untuk masyarakat di pinggiran hutan. mungkin apabila rakyat indonesia lebih sejahtera, penangkapan dan perdagangan burung sudah tidak dilakukan lagi.

5. Kurangnya kepedulian
   mungkin tidak jauh-jauh dari alasan no 1, banyak orang tidak peduli dengan kondisi sekitarnya, tidak juga peduli dengan keberadaan burung yang terdapat di lingkungannya. salah satu bentuk ketidak-pedulian itu menjadi alasan terbesar untuk konservasi ini. misalnya orang tidak peduli dengan lingkungan, membabat habis hutan dan membuat habitat burung menjadi rusak ataupun mereka bahkan tidak peduli apabila burung itu ada atau tidak. 

6. bingung dan takut
  meski kebanyakan orang tidak peduli, tapi tentu ada segelintir orang yang peduli juga dengan keberadaan burung ini. banyak juga yang memperjuangkan hak burung ini untuk hidup di alam bebas tanpa harus mati sia-sia ataupun berakhir di dalam sangkar. sayangnya mereka bingung langkah apa yang harus mereka lakukan. apakah saya harus melapor polisi? atau saya harus melapor ke lsm? tapi apa itu 'worthed'?. jadi sebenarnya apa yang harus saya lakukan? 

begitulah tulisan ini saya buat tanpa solusi, karena sayapun masih bingung dengan sistem yang ada sekarang ini. tapi, ada beberapa pedagang yang memang membudidayakan burung terlebih dahulu sebelum dijual, dan itu lebih baik daripada langsung mengambilnya dari alam.
intinya, bukankah lebih baik melihat burung itu lepas di udara, daripada harus merenggut hak kehidupannya hanya untuk kesenangan semata. semua tulisan ini hanya pendapat dan pandangan pribadi. 

Sabtu, 08 Maret 2014

Kangen-kangen telepati

Saya dulu punya teman, baik banget, lucu banget, bisa membuat saya selalu tergelak geli dan berbahagia hidup diatas bumi yang katanya mau mati ini. saya dulu sering bareng sama dia, curhat sama dia, main bareng sama dia, eh tapi kalo mandi belom pernah bareng sih haha. tapi sekarang dia tak ada. hilang. gitu. entah kemana perginya, saya ga tau. saya cari-cari tapi ga bisa, keberadaan dia tak terlacak, kaya hilang ditelan got yang berubah bentuk jadi black hole. saya menjerit-jerit histeris berusaha mencari dan berharap bahwa dia masih menyimpan beberapa kenangannya saat masih bersama saya yang akan membuatnya bisa kembali lagi menemui saya dalam kekangenan yang tak bisa terhitung jumlahnya soalnya udah membludak, udah gitu kita main bareng lagi deh, pegangan tangan sambil menari-nari diatas padang rumput bersama para teletubies. eh, tapi kayanya semua yang telah terjadi sepertinya sudah menjadi bahan makanan ikan lele punya bapa yang saya lupa namanya di kolam kecil belakang rumahnya, dimana setiap kali saya mau pup selalu datang kesitu untuk memberi makan ikan-ikannya, tapi yang paling sehat malah keong masnya, yang selalu bergumul bersama dalam sepi, ditemani katak yang menari dan bernyanyi yang entah tak tahu apa artinya, terus kenapa saya malah berpuisi?. iya, jadi temen saya ini ilang, gatau kemana, tapi entah kenapa malem ini saya kangen banget sama dia, engga sih sebenernya dia gak ngilang, ada mungkin di kamarnya sedang mengerjakan tugas kuliah atau sedang bercengkrama dengan teman-temannya atau malah sedang asik tidur, saya gak tau. tapi yang pasti saya tetiba kangen banget sama dia. kepengen ketemu dan mendengar kembali senda guraunya, gak tau kenapa tiba-tiba aja pas tadi bangun tidur keinget sama dia, rasanya kaya kamu ngubur kucing kesayangan yang udah mati di belakang rumah setahun yang lalu, terus tiba-tiba dia idup lagi sambil ngeong-ngeong minta makan, yah gitu lah rasanya. terus kenapa ga ditelpon aja, mba? ah engga ah ntar dia geer lagi trus minta dikawinin hahaha.
saya kalo misalnya kaya gini suka prasangka kalo orang yang saya inget ini kangen sama saya, tapi gatau deh, kayanya kalo temen saya ini engga sih, eh, tapi ga tau juga siapa tau dia juga kangen sama kecantikan saya yang kaya megan fox ini *eh. 
ya gitu deh, kangen ini rasanya agak gila sampe bikin saya laper abis liatin foto kangguru kawin, tapi kalo temen saya ini baca, saya mau tanya, ai kamu pas hari sabtu tanggal 8 maret 2014 kangen sama saya ga? kalo iya, siapa tau ini telepati yang terkirim, terus mempengaruhi saya, atau sebenarnya kamu ingin guna-guna saya jadi kucing? kalo iya, berarti hail to god, yang telah memberi otak yang bisa berkomunikasi, terus ntar di masa depan kita ga perlu lagi beli pulsa hape ataupun internet, karena kita punya telepati woooooooooooooooooooooooooooow. *tepuk tangan, terus ntar saya bikin penelitian yang mengembangkan telepati, terus ntar kita semua ga perlu lagi megang hape, karena serius lah hape itu bikin orang jadi gila, kaya saya. tapi saya gak geer loh, asli saya gak geer kalo kamu kangen bruakakakaka *situ kali yang geer.

--dalam keabsurdan rasa kangen di malam hari habis bangun tidur di dalam kamar karena tertidur kesal habis nganterin ibu-ibu ke mall yang bilang kalo baju garis-garis itu bikin saya yang udah gendut ini keliatan gendut, oh man, WTF.

Ada apa dengan saya?

Ada apa dengan saya? rasanya diri ini telah berubah menjadi sebuah bentuk yang sulit untuk dikenali, mungkin seperti alien yang terbang melayang-layang di langit menggunakan pesawat yang entah kenapa bentuknya bundar. kenapa coba bentuknya harus bundar? bukan kotak ataupun segitiga. terus kenapa juga harus saya pikirin? lah terus ngapain saya nulis disini? saya pikir kalau saya nulis disini bakal menyenangkan, ternyata rasanya kaya kalo kamu beli barang terus barangnya rusak, terus kamu sebel, kamu lempar tapi kamu sayang soalnya harganya mahal, kamu ambil lagi deh eh terus malah jadi makin sayang. lah, ko?
memang semua hal didunia ini absurd, tapi bukankah keabsurdan itu menyenangkan? siapa yang bilang gitu? saya tadi, kenapa emang? mau protes?

Saya agak gila kayaknya, kenapa nyari tinjauan pustaka itu susah?
lalu kenapa saya harus ngerjain skripsi? bukankah lebih baik saya pergi ke gunung lari ke pantai?
ini semua tak beresensi, ya sudahlah, hidup saya memang tak beresensi.
TOK TOK TOK TOK.